Post Info TOPIC: Sebuah Pendapat Tentang Perjuangan Kemerdekaan Ace
Media Acehpo

Date:
Sebuah Pendapat Tentang Perjuangan Kemerdekaan Ace
Permalink   


Kita harus ingat bahwa Allah yang telah menciptakan manusia itu berkaum dan berbangsa untuk saling kenal-mengenal (Al-Quran,49:13) Jadi jelas sekali bahwa Acheh sebagai sebuah bangsa punya hak secara alamiah untuk mengurus dirinya sendiri.

Bangsa lain tidak berhak untuk memaksakan kedaulatannya atas bangsa Acheh. Hak bangsa-bangsa di dunia, secara alamiah, yang ada saling membangun hubungan, saling membina persahabatan bukan menjajah seperti Indonesia sekarang ini menjajah Acheh dan mengambil semua sumbernya tanpa peri-kemanusiaan.

Saya setuju ide mempersatukan ummat Islam, tapi bukan tidak mungkin ummat ini bersatu dalam forum tertentu secara internasional sekalipun berlainan bangsa. Tinggal lagi setiap bangsa itu diberikan haknya untuk mengurus dan mengatur dirinya sendiri.

Dikatakan bahwa ummat Islam itu bersaudara. Betul. Tapi apakah boleh seorang anggota keluarga, saudara seibu-sebapa misalnya, mengambil hak saudaranya yang lain secara tidak sah? Kalau ini memang berlaku antara sesama anggota keluarga, maka tidak perlu adanya hukum warisan. Karena saya boleh saja datang ke kebun saudara saya, misalnya, dan mengambil hasil kebunnya sesuka hati saya. Tentu ini namanya saya berlaku dhalim terhadap saudara saya itu.

Kedhaliman, atau dhalim, lawannya keadilan, atau adil. Kedua prinsip ini dalam Islam tidak mengenal agama apa seorang individu menganut. Seorang muslim haram hukumnya mengambil tanah milik seoang kafir sekalipun sejengkal tanpa izin sipemiliknya sekalipun dia seorang kafir. Demikian seorang muslim haram mengambil harta saudaranya yang muslim secara tidak sah, tanpa seizinnya, Dhalim, menurut definisinya, adalah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.

Karena itulah Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Agung menyebutkan dalam firmannya dalam AlQuran (60:8-9) perangilah orang-orang yang memerangimu karena agamamu dan yang mengusirmu dari rumah/tempat tinggalmu. Yang dimaksudkan disini adalah orang-orang siapa saja, termasuk orang muslim itu sendiri. Kalau kita tinjau lebih jauh lagi, diantara sebab utama Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengumumkan perang terhadap kaum Quraish ketika beliau dan sahabat-sahabat beliau telah hijrah ke Madinah adalah karena mereka menghalang-halangi dan mengganggu jalur perniagaan orang-orang muslimin ke Damsyik. Jadi dalam Islam ada tiga alasan suatu kaum/bangsa bisa mengadakan peperangan terhadap bangsa lain: 1) Alasan Agama, karena mereka diperangi karena berlainan agama dengan pihak yang memerangi; 2) Alasan sosial, karena mereka diusir dari kampung halaman mereka, dan 3) Alasan ekonomi, karena kehidupan ekonomi mereka dihalangi dan/atau diganggu oleh pihak lain.

Sekarang mari kita lihat duduk perkara Acheh dengan Indonesia. Penciptaan Indonesia itu jelas nyata untuk kepentingan kelompok bangsa Jawa, karena ada beberapa kepentingan:

1. Melanjutkan cita-cita Mojopahit untuk menguasai seluruh kepulauan Melayu yang di Asia Tenggara ini. Dan ini jelas dari sejumlah data dan fakta; a) pengekalan Sumpah Palapa, b). pengekalan Bhinneka Tunggal Ika yang asalnya dari dongeng Buddha, agama bangsa Jawa selama beratus-ratus tahun, c). pemaksaan negara kesatuan supaya orang-orang daerah luar Jawa akan dikuasai oleh kelompok majoritas Jawa, d). pelaksaan transmigrasi yang merupakan cara menjawanisasikan seluruh kepulauan Melayu sehingga suatu saat nanti tidak ada lagi budaya-budaya daerah, tapi yang ada adalah budaya dan bahasa Jawa diseluruh kepulauan Melayu ini.

Mengenai Sumpah Palapa, jelas secara sosio-kultural merupakan suatu usaha untuk menghidupkan kembali pikiran dan rasa keJawaan keatas bangsa-bangsa Melayu di seluruh kepulauan Melayu.

Mengenai pengekalan Bhinneka Tunggal Ika, juga merupakan satu usaha meleburkan seluruh budaya bangsa-bangsa lain di kepualaun Melayu yang sekarang dicoba sulap menjadi Indonesia. Tiga kata Jawa kuno itu dapat dijumpai dalam buku yang berjudul Sutasoma, yang ditulis oleh seorang Jawa yang bernama Mpu Tantular pada sekitar abad ke 13 atau 14 Masehi. Seorang raja pemakan daging manusia bernama Purushada (pemakan orang) sangat gemar akan daging manusia sebagai makanannya sehari-hari. Rakyat biasa, satu setelah yang lainnya, menjadi mangsanya dan mereka menjadi sangat terteror (ketakutan). Seorang bangsawan yang bernama Sutasoma merasa sangat kasihan kepada rakyat lalu dia menyediakan dirinya untuk dimakan oleh raja jahannam itu pengganti orang biasa. Purushada menjadi sangat murka. Lalu ada dewa Siva datang membantu Purushada untuk melawan Sutasoma. Datang pula dewa Buddha membantu Sutasoma. Mereka ditengahi oleh Brahmins yang datang setelah mereka sudah saling berkelahi tanpa ada pihak yang kalah atau menang. Dari mulut Brahmins inilah keluar kata-kata Bhinneka Tuggal Ika, kalian berdua ini memang berbeda tapi sebenarnya kalian ini satu. Merekapun berhenti berkelahi. Inilah yang ingin dikekalkan oleh Indonesia; budaya Jawa ke atas tanah Melayu.

Tentang transmigrasi pula, simaklah rencana yang dinyatakan oleh Martono – Menteri Transmigrasi Jawa, dalam satu interview dengan Majalah Ecologist, London, 2 Maret 1998. “Dengan cara transmigrasi ini, kami (Jawa) akan laksanakan apa yang sudah kami janjikan untuk mengumpul dan menyatukan semua suku bangsa ke dalam satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Suku bangsa yang berbagai ragam ini lambat laun akan hilang karena proses integrasi (campur aduk) dan akhirnya akan lahir satu jenis manusia saja.”

Selain itu, transmigrasi juga bertujuan untuk pertahanan militer rejim Jawa untuk menguasai tanah di luar pulau Jawa. Inilah kata L.B. Murdani tentang hal ini: “Transmigrasi tidak lain, kecuali suatu program yang tidak terlepas dari pertimbangan-pertimbangan keamanan dan Pertahanan. Sediakan tempat, siapkan tanah dan singkirkan semua rintangan dari tanah yang telah tersedia, perlu kita berikan perhatian khusus karena pemilihan tempat tersebut berkaitan dengan konsep cara mengatur wilayah.”

Majalah Echologist itu juga satu tulisan yang ditulis oleh Marcus Colchester. Setelah menjelaskan apa tujuan transmigrasi dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan dan budaya penduduk asli, dia menulis: “Apa yang dikatakan diatas adalah bukti nyata bahwa dalam penempatan transmigrasi digunakan sistem enclave, (suatu sistem militer dengan membuat kota-kota pertahanan apabila ada serangan musuh yang datang dari luar). Jadi nampaklah bahwa transmigrasi sudah dipersiapkan supaya dapat menjadi enclave militer yang dapat dipersenjatai di masa mendatang dan mampu mempertahankan serangan dari bangsa-bangsa asli sewaktu mereka sudah mengerti politik. Sekarang mereka masih buta politik, tanah mereka dirampas tapi mereka tidak tahu.” (Sampai ada orang Minang bersedia jadi Menteri Transmigrasi Indonesia.)

Selanjutnya Charles Secrett dari Friend of the Earth Internasional’ menulis dalam “The Environmental Impact of Transmigration” tentang akibat dari transmigrasi itu di Lampung, “Sekarang penduduk Lampung 80% adalah orang Jawa.”

Majalah Scientist, 17 Mei, 1984, menulis: “Lupakan saja jalan raya Trans-Amazon, jangan ingat lagi Tebing Barat Sungai Jordan. Rencana kotor dari penjajah dan lain lagi di permukaan bumi ini sudah menjadi kecil, jika kita bandingkan dengan apa yang sedang terjadi di indonesia.”

2. Bangsa Jawa telah berusaha membunuh bangsa Acheh sejak zaman dahulu kala lagi. Pada tahun 1393, Gajahmada dengan pasukannya yang besar mencoba menyerang Kerajaan Peureulak dan Tamieng. Tapi tentera Acheh dari kedua kerajaan itu memukul mundur dan menghancurkan tentera Mojopahit itu dan membunuh panglima mereka Gajahmada di laut lepas. Tempat itu kemudian diabadikan dengan nama Manyakpait (bahasa Tamieng untuk Mojopahit) sampai sekarang ini. Bangsa Jawa juga membunuh bangsa Atjeh dalam perang kolonial Belanda di Acheh. Beraturs-ratus tentera Jawa sewaan bertugas di Acheh membantu Belanda membunuh bangsa Acheh. Bacalah dalam sejarah bagaimana biadabnya tentera Jawa itu membunuh seluruh isi kampung di Acheh Tengah pada tahun 1914, yang membuat orang Belanda sendiri, yang tuan mereka, tercengang dan bersedih; tak seorangpun dari penduduk kampung itu yang tinggal, mulai dari orang tua sampai ke bayi yang baru lahir. Datanglah ke Kutaraja (Banda Acheh) lihatlah di tembok pintu masuk Kherkhoft kuburan Belanda terukir dengan baik nama-nama orang Jawa yang sangat berjasa kepada Belanda dan mendapat penghormatan ditanam di perkuburan bersama tuan mereka Belanda.

3. Ekonomi. Bacalah di media massa, berapa banyak hasil sumber alam Acheh yang telah dikuras oleh Indonesia (Jawa) dan lihatlah berapa yang dikembalikan untuk kepentingan rakyat Acheh. Sejak tahun 1978 sampai sekarang sudah 3.700 pengapalan LNG dari Atjeh. Tiap hari diproduksikan dari perut bumi Acheh sebanyak 38.800 m3 LNG dan 25.200 barrel Condensat, kalikan 4 US dollar/m3 untuk LNG dan 15 US dollar untuk condensat per barrel, berarti setiap hari ada pemasukan 155.200 dollar (1.241.600.000,- rupiah) dari LNG dan 378,000 US dollar (3.024.000.000,- rupiah) dari condensat. Kalikan sebulan 25 hari saja dan potong biaya ini itu, sisanya berapa yang masuk ke rakyat Acheh. Boleh dikatakan NOL Besar alias nihil. Makanya di Acheh sampai hari ini masjid kampus saja sudah terbengkalai selama lima belas tahun. Itulah kenyataan.

Tapi begitu rakyat Acheh marah dan menuntut haknya sebagai sebuah bangsa. Indonesia (Jawa) datang ke Atjeh membunuh rakyat Atjeh. Inikah chara Jawa menyatakan terimakasih kepada bangsa Acheh? Inikah “supaya kamu bisa saling kenal-mengenal” yang disebutkan dalam AlQuran yang orang-orang Islam di Jawa terapkan keatas bangsa Acheh? Berapa kali dalam sejarah ada orang-orang dari Acheh pergi ke Jawa untuk membunuh bangsa Jawa? Tidak ada, malah kami menampung orang-orang Jawa yang dikejar-kejar oleh tuannya dalam perkebunan Belanda pada akhir 1940an, dan memberikan makanan dan tempat tinggal.

Ada soalan tentang kami bangsa Acheh mengundang orang non-muslim untuk membantu kami. Ingatlah ketika Rasulullah mendapati sahabat-sahabat beliau sudah semakin ditekan oleh orang-orang Quraish, beliau memerintahkan mereka untuk hijrah ke negeri Habsyah (Ethiopia sekarang) padahal rajanya waktu itu adalah Nasrani. Tapi Nasrani yang tidak memerangi orang Islam dan menghormati ummat Islam. Untuk menghancurkan kedhaliman yang ditimpakan kaum Quraish keatas ummat Islam waktu itu Islam membolehkan penganutnya berteman dengan orang Nasrani di seberang laut.

Sampai hari ini belum ada negara Islam yang mengutuk kedhaliman yang dilakukan oleh orang Islam Indonesia terhadap orang Islam di Acheh. Ada sejumlah orang Jawa yang sangat baik hati dan jujur yang ikut menyatakan rasa prihatin mereka kepada rakyat Acheh tapi mereka masih memandang Acheh sebagai bagian dari Indonesia, padahal kalau dilihat dari sudut ajaran Islam kami berhak hidup sebagai sebuah bangsa yang telah diciptakan Allah dimuka bumi ini.

Semoga bisa dipahami dan dimengerti.
Allahu ya’lamu ma tashna’uun.
Din Do Raman – Sydney, Australia




__________________
ulon

Date:
Permalink   

Tgk.Don

Ceudah that hase seumike gata,.

Beutoi mandum peu nyan neu cukot!

we fight for our freedom

we can not be moved


Saleum



__________________
Anonymous

Date:
Permalink   

dasar hubbu alwathony min aliman....pondasi bagi umat islam untuk setulus jiwa dan raga membela negara



__________________
Page 1 of 1  sorted by
 
Tweet this page Post to Digg Post to Del.icio.us


Create your own FREE Forum
Report Abuse
Powered by ActiveBoard