Post Info TOPIC: Surat Damai Untuk Bapak Presiden
Sarah Alvira

Date:
Surat Damai Untuk Bapak Presiden
Permalink   


Bapak Presiden, saya mau bilang jangan ada kontak tembak di Aceh lagi.

Bapak Presiden, saya mau bilang, kami mau hidup damai.

Itulah ungkapan Sarah Alvira, siswa kelas enam SD Negeri Pulo Naleung, Kecamatan Peusangan, Bireuen, melalui tulisannya saat mengikuti lomba menulis antarsiswa di sekolah tersebut, Selasa (26/7).

Menyambut hari anak, 23 Juli, pihak SD Negeri Pulo Naleueng mengadakan perlomban menulis yang diikuti 47 murid dari kelas empat sampai kelas enam. Lomba menulis surat itu mengambil tema, “Damai Pulo Naleueng, Damai Aceh.”

Isi dari tulisan para peserta merupakan ungkapan hati dari siswa-siswi yang ditujukan untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Herannya, tanpa dikoordinir pihak manapun, semua ungkapan hati dari peserta meminta Presiden untuk bisa menciptakan damai di tanah Aceh.

Namun ungkapan hati dari para siswa tersebut tampaknya tidak akan terwujud bila kita lihat kondisi Aceh pasca-kesepakatan damai di Helsinki. Saat ini kontak tembak dan pembunuhan masih terus terjadi.

Contohnya, kontak tembak satu hari lalu di wilayah persawahan Blang Mangat, Lhoksemawe, yang menewaskan Munir bin Abas salah seorang gerilyawan GAM. Adu senjata berawal ketika pihak TNI dari kesatuan Yonif 125 melihat bebarapa personel GAM sedang menyeberang sungai saat sedang melakukan patroli rutin.

Dari kronologis insiden itu, jelas bahwa pihak TNI sekarang ini masih melakukan pengejaran terhadap anggota GAM. Walaupun beberapa hari lalu Panglima TNI Endriartono Susarto dalam jumpa persnya di Makodim 0103 Aceh Utara mengatakan untuk tidak memburu GAM lagi.

“Saya sudah mengintruksikan kepada seluruh pasukan untuk sementara tidak lagi memburu GAM,” ujar Sutarto sebagaimana dilansir berbagai media.

Ungkapan hati siswa-siswa SD Pulo Naleueng yang sebagiannya masih trauma dengan insiden kontak tembak antara TNI dan GAM pada 15 Mei 2005 lalu tampaknya tidak akan terwujud jika kedua pihak tidak pernah mempunyai komitmen dengan kata-katanya sendiri. Walau demikian pihak sekolah yang menyelenggarakan perlombaan menulis tersebut tetap antusias bahwa kedamaian akan terwujud di Aceh. Hal itu dikatakan oleh Kepala Sekolah SDN Pulo Naleueng, Dra. Husniah.

“Saya yakin jika tim monitoring dari luar negeri sudah ada di Aceh, suasana yang masih kacau sekarang ini akan teratasi,” ungkap Husniah.

Husna menambahkan bahwa tujuan utama dari lomba menulis itu untuk mengetahui sebesar mana trauma yang masih diderita oleh siswa-siswanya. “Tujuannya untuk mengetahui apakah siswa-siswa masih trauma dengan kontak tembak 15 Mei lalu. Terlihat jelas bahwa mereka masih trauma. Itu terlihat dari hasil tulisan mareka yang semuanya masih menceritakan bagaimana kisah mereka harus tiarap kurang lebih sembilan jam saat kontak tembak terjadi,” ungkap Husniah sambil menghempas nafasnya.

Husniah juga menjelaskan bagaimana kejadian kontak tembak yang berlangsung lama tersebut. Sehingga aktivitas belajar pada hari itu tidak bisa berjalan, karena lokasi tembak menembak hanya terpaut 300 meter dari sekolah mereka. Akibatnya, mareka terpaksa tiarap di tanah.

Saat kontak tembak terjadi, siswa SDN Pulo Naleueng yang berjumlah 108 orang sedang belajar di sekolah darurat. Mereka berada di sekolah darurat karena bangunan sekolah mereka dibakar orang tak dikenal pada hari pertama pemberlakukan darurat militer di Aceh, 19 Mei 2003.

“Saya masih ingat, sekolah dibakar oleh orang yang tak dikenal pada 19 Mei 2003,” kata Ramli, bekas Kepala Sekolah SD Pulo Naleueng yang kebetulan hadir di acara perlombaan tersebut.

Lomba menulis yang diadakan di salah satu ruang sekolah darurat itu dimenangkan oleh Zulkarnaen, siswa kelas lima. Berikut sebaian ungkapan hatinya Zulkarnaen.

“Bapak Presiden yang terhormat, saya sangat takut bila kontak tembak terjadi di dekat daerah kami. Seperti kejadian 15 Mei 2005 lalu. Saya dan kawan-kawan bersama guru-guru lari ketakutan saat mendengar suara tembakan. Saya terpaksa tiarap dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore di tanah bawah meunasah karena ketakutan.

Bapak Presiden yang terhormat, saya mohon untuk menciptakan kedamaian di Aceh dan jangan ada lagi pembunuhan terjadi di Aceh.

Namun, menurut Husniah, hasil karya Zulkarnaen ternyata tidak langsung dikirimkan kepada Presiden. “Kita tidak mengirim tulisan Zulkarnaen kepada Presiden. Namun harapan kami dengan kawan-kawan, berita ini bisa dibaca Bapak Presiden. Harapan kami semua Aceh cepat damai, sehingga trauma yang masih dialami sebagian masyarakat Aceh cepat terobati,” ujar Husniah (acehkita.com)


__________________
Page 1 of 1  sorted by
 
Tweet this page Post to Digg Post to Del.icio.us


Create your own FREE Forum
Report Abuse
Powered by ActiveBoard